Sukses dalam 21 Hari

by @rezawismail

Dalam tulisan saya sebelumnya, saya katakan: untuk maju kita perlu berubah.

Untuk sukses dalam perubahan itu, kita mesti membuat perubahannya menjadi permanen. Menjadi kebiasaan. Lalu dibudayakan. Dan itu perlu waktu.

Salah satu tips yang sering dibagikan para motivator adalah mendisiplinkan diri untuk melakukan perubahan dengan kebiasaan baru selama beberapa waktu tertentu. Ada yang bilang 21 hari ada juga yang mengatakan 30 hari.

Secara ilmiah, otak akan menguatkan koneksi baru antara sinapsis-nya (sel-sel saraf di otak) selama beberapa waktu tertentu. Yang awalnya terasa sulit dan berat akan menjadi mudah karena terbiasa.

Bayangkan ketika seseorang telah belajar mengemudikan mobil atau bersepeda. Kemampuan telah diperoleh tetapi masih kikuk. Karena itu otak butuh pembiasaan, pengalaman, agar menjadi semi-otomatis, masuk ke memori jangka panjang dan alam bawah sadar.

Mulanya terasa kaku dan aneh, setelah kurang-lebih sebulan mencoba, barulah rada lancar kita berkendaranya. Makanya, walau sudah bertahun-tahun saya tidak naik sepeda, beberapa waktu yang lalu saya membeli sepeda, saya dapat dengan lancar menaikinya.

Oleh karena, memiliki kemampuan yang ter-install di memori saraf otak dari kecil dahulu.

Tips ini mirip seperti konsep free-trial dalam marketing. Seringkali setelah mencoba dan keenakan, kita jadi keterusan membeli. Entah itu keanggotaan gym atau software. Kita tahu untuk memulai kebiasaan baru sangatlah berat, apalagi mempertahankannya selama beberapa minggu.

Namun setelah kita melewati fase kelembaman/inersia tersebut, maka momentum perubahan akan membantu kita untuk terus maju dengan kebiasaan yang sudah tidak baru ini. Ini selaras dengan hukum fisika Newtownian.

Memang untuk membayangkan perubahan yang permanen terasa agak susah. Mengubah diri agar berolahraga setiap hari, membiasakan makan makanan yang sehat, berhenti merokok, dll.

Sepertinya terlalu berat untuk mengubah diri dan bertahan setiap hari seumur hidupmu. Perubahan yang permanen itu menakutkan. Kalau kita takut, amygdala di otak primitif kita (sistem limbik dan otak tengah) akan mengambil alih kekuasaan berpikir dari otak modern kita yang kreatif (frontal/neo-cortex).

Makanya; ketakutan itu melumpuhkan.

Tapi bagaimana kalau kita bayangkan untuk berubah hanya sementara saja: 21 hari misalnya, lalu kita bebas kembali ke kebiasaan kita yang lama. Lumayan tidak terlalu mengerikan bukan?

Pikirkan saja itu seperti mencoba-coba hal yang baru dan kita bisa hitung mundur hari menuju kebebasan jika kita tidak mau melanjutkan kebiasaan baru ini nantinya. Tidak terlalu rugi untuk ambil waktu sebulan dalam hidup kamu mencoba berolahraga misalnya, lalu kembali malas-malasan.

Malah, kamu bisa mendapatkan beberapa keuntungan dan wawasan baru. Setidaknya kamu pernah mencoba hal yang baru.

Komitmen untuk sukses menjalankan perubahan/kebiasaan baru ini memang membutuhkan kedisiplinan, tapi tidak sesulit mengubah diri secara permanen. Disiplin untuk 21-30 hari saja tidak terlalu berat.

Buat saja kebiasaan barunya tidak terlalu sulit. Dibikin ringan-ringan saja kalau perlu. Yang penting konsisten, baru setelah 21 hari ditingkatkan intensitasnya. Contohnya: berolahraga selama 5 menit saja setiap harinya.

Lalu pikirkan nilai-nilai atau alasan yang bermakna mengapa kita mau berubah. Dan cari teman yang mau mengingatkan kita setiap harinya selama masa percobaan ini saja. Kalau perlu, umumkan niat kamu ke publik.

Disiplin 21 hari ini akan memiliki tingkat kesuksesan yang tinggi jadinya.

Nah, jika kita telah berhasil menjalani perubahan baru selama 21 hari, apa yang akan terjadi? Kita bisa memperpanjangnya menjadi genap 30 hari atau sebulan dan memperoleh banyak wawasan untuk keputusan jangka panjang.

Jika kita ingin membuat perubahannya menjadi permanen, hal itu akan lebih mudah karena otak telah memprosesnya sebagai kebiasaan harian. Ingatan jangka panjang. Kalau bisa, kita coba jalankan 21 hari lagi atau tambah menjadi sebulan-2 bulan lagi.

Keuntungan lainnya adalah, kita bisa meng-uninstall-nya jika kita merasa tidak cocok dengan kebiasaan baru ini. Tapi ingat; jangan bilang kita tidak bisa berhenti merokok atau tidak mampu berolahraga setiap hari jika kita tidak pernah mencobanya minimal selama 21 hari.

Biasanya sih, kalau sudah 21 hari menjalankannya terasa tanggung jika tidak dilanjutkan. Dan pada saat menjalankannya, akan terasa sayang jika ada yang bolong, toh hanya untuk 21 hari saja kan 😉

Sepanjang tahun 2011, beberapa kebiasaan baru berhasil saya install secara permanen; menggunakan tips free-trial 21 hari ini. Salah satunya; saya berhasil diet rendah kalori dan turun berat badan sebanyak 10 kg.

Saya mulai dengan tidak makan nasi putih dan gula serta karbohidrat lainnya selama 3 minggu (awalnya). Saat memulai memang terasa aneh, lemas, dan sulit. Namun setelah beberapa minggu, semuanya berjalan otomatis.

Setelah 21 hari saya mencoba makan nasi tetapi tidak bisa banyak-banyak dan akhirnya saya coba perpanjang menjadi 30 hari dan melihat apa yang akan terjadi. Akhirnya, saya malah keterusan sampai sekarang tidak makan nasi.

Saya memiliki alasan kuat dibalik perubahan ini. Saya memiliki seorang ibu yang menderita sakit diabetes/gula darah tinggi. Sebelumnya juga saya telah memeriksakan diri dan hasilnya: kadar trigliserida di dalam darah saya cukup tinggi. Kata dokter, itu awal dari penyakit diabetes.

Saya pun harus mengurangi konsumsi kalori dari gula dan karbohidrat. Awalnya terdengar mustahil malah, bukan sulit lagi! Tapi akhirnya saya sukses berubah menggunakan tips ‘Coba dalam 21 Hari’ ini. Semoga kamu juga bisa, selamat mencoba!