Menunda Penundaan

by @rezawismail

Jangan menunda. Tidak akan ada waktu yang benar-benar tepat. -Napoleon Hill

Banyak orang tidak melakukan hal yang ingin dilakukan, hal-hal yang sebaiknya segera dilakukan. Seringkali kita menunda-nunda dan pada akhirnya akan merugikan diri kita sendiri.

Selalu saja ada alasan untuk menunda; merasa terbebani atau kesulitan, menganggap remeh aktivitas yang seharusnya dikerjakan, atau menunggu waktu yang benar-benar tepat. Bahkan ada juga orang yang menunda demi citra dirinya, biasanya orang yang bersifat perfeksionis.

Misalnya di hari senin kita mengetahui ada tugas yang harus diselesaikan hari jumat. Kalau kita memulai tugas tersebut dengan segera, mulai selasa pagi besok hari lalu ternyata gagal, kita akan merasa bodoh dan tidak kompeten.

Namun, orang yang ingin menjaga citra dirinya secara tidak sadar menunda pekerjaan tersebut hingga hari kamis. Sehingga jika gagal, dia akan menyalahkan waktunya yang kurang dan bukan menganggap dirinya bodoh atau tidak kompeten.

Bisa juga ketika kita tunda suatu kegiatan, ada kegiatan lain yang lebih menarik atau menyenangkan meskipun tidak sepenting pekerjaan yang kita tunda.

Contohnya, banyak pelajar lebih suka bermain videogames daripada mengerjakan tugas rumah atau beberapa wanita karir lebih condong untuk menonton acara gosip daripada menyelesaikan materi presentasinya untuk meeting minggu depan.

Sepertinya ada yang berdebat di dalam kepala kita. Tarik-menarik argumen seakan-akan ada ajakan malaikat dan bisikan setan. Ada dua suara yang saling bertentangan mencoba mempengaruhi otak kita. Dan kenyataannya, memang ada!

Di dalam otak kita, ada bagian hasil evolusi modern yang disebut prefrontal korteks (pfk) dan sistem limbik yang (sl) lebih purba. Pfk memikirkan hal-hal yang kreatif, inovatif, dan memiliki visi serta memahami hal-hal yang lebih penting bagi masa depan kita. Sedangkan sl mempengaruhi sisi emosi manusiawi sehingga menjadi pembujuk yang ulung.

Apalagi di dalam sistem limbik ini ada yang namanya amygdala yang bertugas mengontrol respons otomatis lawan atau lari ketika sedang ketakutan atau marah. Dalam psikologi, istilah pembajakan amygdala berarti saat seseorang menjadi lebih refleks dan tidak bisa berfikir lama-lama. Pfk-nya tidak aktif untuk sementara.

Maka dari itu, penundaan terjadi karena sistem limbik yang emosional dan bersenjatakan amygdala lebih kuat daripada pikiran rasional kita (pfk) yang secara logis membuat prioritas tindakan tapi sayangnya kalah kuat pengaruhnya dan penundaan pun terjadi.

Lalu, bagaimanakah caranya mengatasi penundaan? Dengan menunda penundaan tersebut. Memikirkan cara otak kita berpikir. Merenungkan proses kerja pikiran kita dan mempersiapkan pengkondisian kognisi untuk menunda penundaan. Menciptakan suatu metodologi yang bekerja untuk mengentaskan kemalasan akibat menunda-nunda kerja.

Pertama-tama, kita harus memecahkan tujuan suatu aktivitas yang tidak ingin ditunda lagi menjadi sasaran-sasaran yang tidak memberatkan pikiran. Jangan mengaktifkan pembajakan amygdala dengan stres dan kecemasan yang tak perlu.

Sekali lagi, pecahkan tujuan besar menjadi sasaran-sasaran kecil yang tampak mudah untuk dikerjakan. Siapkan juga urutan-urutan langkahnya atau prosedur dari tindakan-tindakan dalam menyelesaikan beberapa sasaran kecil tersebut.

Selanjutnya, kita harus menjadwalkan waktu atau durasi yang kira-kira harus dihabiskan berserta tenggat/deadline-nya. Rencanakan juga sumberdaya yang dibutuhkan seperti data-data riset, dana, informasi, perangkat, prasarana, mitra kerja, fasilitas yang dibutuhkan, dukungan tenaga, dan lain-lain.

Lalu akhirnya, kita juga harus membayangkan potensi hambatan-hambatan yang bisa merintangi pencapaian tujuan berikut antisipasinya dan siapkan diri akan kegagalan beserta rencana alternatifnya jika nanti benar-benar gagal.

Yang terpenting dari perencanaan ini agar berhasil untuk menunda penundaan adalah memasukkan unsur kesenangan dalam menjalankan rencana tindakan-tindakan dan menanamkan arti penting dari tujuan yang ingin kita capai.

Bahwa yang kita kerjakan memang bermakna bagi kehidupan saat ini…

(Dan juga cukup menyenangkan setidaknya untuk untuk jangka pendek agar menarik untuk dikerjakan. Contohnya dengan menyalakan musik favorit atau menyiapkan reward sederhana seperti coklat atau makanan kesukaan lainnya. Untuk jangka panjang, kita harus menyelaraskan pekerjaan kita dengan passion dan values pribadi kita, yang akan saya bahas pada tulisan-tulisan mendatang)

Jika masih merasa malas dan ingin menunda-nunda, segera tarik nafas dan berhenti berpikir. Alirkan tenaga oksigen yang berasal dari nafas kepada suatu gerakan. Walau itu hanya sekedar menggerak-gerakkan jari telunjuk. Yang penting, mulailah satu aksi untuk menghentikan kepasifan diri kita.

Fokuskan mental untuk melakukan satu tindakan yang termudah saja terlebih dahulu. Biarkan tindakannya nanti berproses secara otomatis menjadi satu aktivitas yang lebih dekat pada tujuan. Jangan memikirkan apapun kecuali berkonsentrasi pada aliran nafas dan satu pergerakan fisik yang gampang untuk langsung diperbuat. Menggoyangkan satu jari misalnya. Dan lupakan hal lainnya.

Lupakan segala keinginan untuk menunda atau mengerjakan sesuatu, jangan ingat-ingat alasan apapun. Lakukan saja, just do it, mulai beraksi sekarang juga. Alihkan energi dari otak ke otot. Stop mode berpikir dan aktifkan mode bertindak 100%!

Baca Juga:
Tips Motivasi Berani Gagal
5 Tips Manajemen Waktu agar Produktif
Tension: Kunci Sukses Execution
Mengaplikasikan Strategi Menjadi Eksekusi
Disiplin Diri untuk Pelaksanaan Strategi