Perubahan Bukan Menggunakan Kekuatan Tekad Saja

by @rezawismail

Kemajuan, perkembangan, atau perbaikan apapun membutuhkan perubahan. Akan tetapi, perubahan bisa terasa sulit untuk dilakukan.

Banyak orang atau organisasi gagal melakukan perubahan karena hambatan yang begitu kokoh. Tantangan yang menyulitkan selalu ada ketika kita ingin berubah dan melawan perilaku yang telah begitu tertanam dalam-dalam di alam bawah sadar pikiran kita.

Seringkali dibutuhkan niat yang kuat dan mental yang gigih untuk melakukan perubahan. Kehendak yang benar-benar besar dirasa sangat diperlukan dalam memulai suatu langkah perubahan.

Tapi ternyata, kekuatan tekad (will power) saja tidak cukup untuk menciptakan suatu perubahan yang permanen. Berapa banyak orang yang menyatakan berubah hanya untuk beberapa saat dan kembali lagi pada situasi atau kondisi yang lama.

Penelitian membuktikan bahwa kekuatan tekad bisa berkurang seiring waktu penggunaannya. Energi mental dari kehendak bisa terkuras dan menurun sebelum perubahan berhasil dalam jangka waktu yang lama. Pada awalnya kita begitu bersemangat untuk berubah tapi lama-kelamaan akhirnya kita menyerah pada keadaan atau status quo.

Misalnya pada kasus orang yang berhasil diet menurunkan berat badannya dan setahun kemudian kembali kepada pola makan yang lama sehingga berat badannya kembali naik. Fenomena ini sering disebut diet yoyo.

Perangkat yang tepat untuk membuat suatu perubahan yang konsisten adalah dengan memanfaatkan kekuatan kebiasaan. Kalau dalam organisasi dengan menyusun budaya organisasi dari nilai-nilai inti (DNA) perusahaan. Kalau manusia, dengan menciptakan kebiasaan berlandaskan prinsip yang dipegang.

Kekuatan tekad digunakan hanya pada awal-awal pembentukan kebiasaan sebagai disiplin diri dalam berkomitmen membentuk kebiasaan baru pada satu jangka waktu tertentu. Kebiasaan memberikan efisiensi sehingga tindakan yang diharapkan dalam perubahan dapat dilakukan dengan energi yang tidak terlalu besar atau menguras tenaga mental.

Para ahli menyatakan bahwa untuk membentuk suatu kebiasaan baru dibutuhkan waktu 21 hari hingga 6 bulan. Tapi yang jelas, semakin sering atau semakin terbiasa kita melakukan sesuatu, perbuatan itu akan terasa makin mudah dan otomatis. Seperti orang yang sedang belajar menyetir hingga mahir karena pengalaman. Makanya ada istilah: jam terbang.

Di dalam otak seseorang, perbuatan yang dilakukan berulang-ulang menjadi kebiasaan akan menebalkan sambungan jaringan sarafnya. Semakin kuat hubungan antar sel neuron di otak yang terkait dengan suatu perbuatan tertentu, maka perbuatan tersebut akan semakin mudah dilakukan.

Sehingga, supaya perubahan bisa terjadi dengan mudah, kita harus menjadikannya suatu kebiasaan. Sekali menjadi kebiasaan, maka akan sulit dihilangkan. Maka dari itu, kita tak bisa menghilangkan kebiasaan hanya bisa mengubahnya.

Kebiasaan tersusun dari pemicu atau tanda, imbalan atau ganjaran, dan rutinitasnya sendiri. Kita bisa menginisiasi perubahan dengan melakukan suatu perbuatan yang berulang-ulang secara konsisten dengan tujuan dan rambu-rambu yang jelas.

Saya akan menjelaskan secara lebih detail dan menyeluruh tentang kekuatan kebiasaan ini di tulisan-tulisan mendatang. Sementara itu, jika kita ingin berubah minimal cobalah dalam waktu satu bulan dan jangan berhenti sebelum tiga puluh hari.

Gunakan kekuatan tekad untuk membentuk disiplin diri, sesuaikan atau kalau perlu cari lingkungan yang sesuai yang mendukung kebiasaan baru dan mintalah bantuan orang lain sebagai rekan yang dapat mengingatkan kita dalam menjalankan perrubahan sampai berhasil.

Sekian dahulu tips dari saya kali ini, salam sentosa!

Baca juga:
Cara Mudah untuk Berubah
Kisah Motivasi: Cerita Tiga Perusahaan dalam Perubahan
Disiplin Diri untuk Berubah
Model Perubahan Kotter