Sadari Cara Berpikir Ego Diri

by @rezawismail

Banyak pemimpin dan pebisnis yang sukses dengan membuka pikiran. Pandangannya tidak sempit dan selalu mau untuk belajar dari siapapun. Namun, ego diri ini bisa saja menutup kesadaran kita untuk pemilihan proses pemikiran akan kenyataan secara lebih luas.

Misalnya, seorang pekerja yang sudah terbiasa melakukan tugas-tugas yang setiap hari berulang-ulang; riset data, analisis dan menyusun konsep, mengetik, presentasi, negosiasi, dan seterusnya.

Saking seringnya melakukan sesuatu atau beberapa hal, pikirannya menjadi malas dan kurang inovatif. Berpikir menjadi otomatis dan bertindak hanya sesuai rutinitas yang ada begitu saja.

Seringkali kita berpikir tanpa berpikir lagi bagaimana kita memproses informasi. Ego kita secara otomatis menangani segala hal tanpa memikirkan pemikiran-pemikiran yang mungkin dimiliki orang lain.

Sebagai contoh, seorang manajer bisa saja memandang rendah seorang pembersih kantor karena kompetensinya dan menilai negatif seorang sekertaris yang suka menggosip di telpon dengan suara yang mengganggu.

Orang yang hebat

adalah orang yang meski memiliki pengetahuan yang tinggi dan kemampuan yang mumpuni, dia tetap mau belajar hal-hal lain dan berpandangan luas. Dia akan berusaha sadari, bahwa bisa saja orang lain lebih baik dari dirinya bahkan dalam banyak hal.

Ibaratnya, seorang staf kantor yang mengeluh hidupnya tidak seberuntung bosnya padahal dia seharusnya juga mempertimbangkan betapa menderitanya seorang petugas keamanan yang berpotensi kehilangan nyawa hanya demi bayaran yang tak seberapa dibanding si staf kantor yang kurang bersyukur itu.

Ketika menghadapi tantangan, kita semua bisa menolak untuk berpikir sempit. Jangan langsung ambil kesimpulan dan cepat-cepat menentang pernyataan orang lain. Sadari diri, lepaskan ego, dan mulailah berempati.

Kalau saja kita bisa selalu berpikir bahwa orang lain bisa saja benar dan berhenti berbicara untuk dapat menjadi pendengar agar mendapatkan pemahaman yang utuh. Kita malah akan lebih jago dalam berkomunikasi karena kita bisa mengerti jalan pikiran lawan bicara kita.

Bayangkan jika dalam suatu rapat atau pertemuan dengan siapapun, kita bisa sadari proses berpikir yang otomatis berdasar ego. Lalu kita bisa berempati dan mengetahui secara pasti bagaimana orang lain berpikir dan merasa.

Menjadi Sangat Persuasif

Dengan menyingkirkan ego diri sejenak dan mendengarkan orang lain sepenuhya; kita akan bisa lebih berpengaruh. Kalau pemimpin akan lebih karismatik, seorang penjual akan bisa memasarkan produknya dengan lebih menarik, dan rekan kerja akan menjadi lebih dari sekedar teman biasa. Sahabat dekat mungkin, minimal perspektifnya begitu.

Bisa saja seiring waktu ternyata orang yang kita tentang pernyataannya ternyata memegang kebenaran. Ego diri ini saja yang suka mau menang sendiri dan berasa lebih benar. Kalaupun merasa susah, ego diri akan memusatkan penderitaan dan melupakan permasalahan orang lain.

Diri ini suka lupa, bahwa bukan hanya kita yang memiliki masalah. Ego bisa sebegitu membutakan dan terlalu mementingkan eksistensi diri. Orang lain seperti hanya figuran dalam kehidupan, bahkan antagonis yang mengesalkan.

Orang yang terlalu terbuai ego dan berpikir tanpa menyadari proses pemikirannya akan seperti ikan yang tak pernah belajar bahwa air selalu ada. Tapi ikan tersebut selalu lupa dan bertanya-tanya dimanakah airnya. Ego yang membutakan membuat pikiran seseorang tertutup untuk belajar.

Mari beradaptasi dengan mengadopsi pendekatan seorang pembelajar sejati, terus menanyakan realitas dan menemukan cara-cara baru dalam menciptakan solusi dari hambatan yang dihadapi. Kreativitas hanya didapatkan melalui pikiran yang terbuka.

Manfaatkan kesadaran untuk memilih cara berpikir, jangan berhenti belajar dan mulailah berempati pada pemikiran-pemikiran dari orang-orang lain. Hati-hati ego diri bisa menutupi hati…

Salam sentosa!

Baca Juga:
5 Tips Menjalani Kehidupan
5 Tips Motivasi Disiplin Diri
Cara Sederhana Berbahagia
Kemampuan Pemimpin yang Paling Utama