Teknik Motivasi Intrinsik: Teori Determinasi Diri

by @rezawismail

Visi kita akan menjadi jelas hanya ketika kita bisa melihat ke dalam diri, siapapun yang mencari di luar diri sedang bermimpi dan siapapun yang mencari ke dalam; tersadar. -Carl Jung

Setiap orang yang bekerja untuk mendapatkan uang sedang berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari kebutuhan dasar untuk bertahan hidup seperti untuk membeli makanan, mendapatkan tempat tinggal, dan sebagainya hingga kebutuhan sekunder plus tertier demi kenyamanan serta kemewahan di dalam kehidupan.

Namun, uang saja tidak cukup untuk mendorong seseorang untuk selalu termotivasi tinggi dalam bekerja. Faktor-faktor yang paling menentukan tingkat motivasi seseorang berasal dari dalam diri.

Jadi, selain membutuhkan uang untuk kebutuhan hidup; semua orang juga memiliki kebutuhan sosial dan pengembangan diri. Kebutuhan yang mendasari teori motivasi intrinsik.

Di tahun 1970-an, riset pada teori motivasi intriksik mulai dikembangkan. Dan pada pertengahan tahun 1980-an Teori Determinasi Diri secara formal diterima sebagai sebuah teori empiris dan penelitiannya terus berlanjut hingga tahun 2000-an atau sampai pada milenium ketiga ini.

Edward Deci dan Richard Ryan adalah para peneliti yang berfokus pada peran penting motivasi intrinsik dalam mendorong perilaku manusia. Dalam teorinya, perilaku manusia untuk dapat bersemangat ketika sedang bekerja memiliki tiga faktor psikologis-internal yang universal selain mengejar insentif eksternal seperti uang.

Ketiga faktor ini berperan penting sebagai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam meningkatkan motivasi intrinsik seseorang. Ketiga kebutuhan itu adalah; kompetensi, otonomi, dan hubungan sosial.

Teori Determinasi Diri ini mengidentifikasi tiga kebutuhan tersebut di atas, yang jika dipenuhi akan dapat mengoptimalkan pengembangan diri seseorang dan produktivitasnya.

Kompetensi atau penguasaan suatu keahlian, keterkaitan atau pemaknaan diri dalam lingkungan sosial, dan otonomi atau kemandirian untuk berinisiatif dalam menentukan prestasi diri sendiri adalah deskripsi dari tiga kebutuhan motivasi intrinsik.

Pemenuhan kebutuhan motivasi intrinsik ini diperoleh dengan mengaktualisasikan potensi yang ada di dalam diri seseorang bagi lingkungannya.

Jika terpenuhi, seseorang akan menjadi sangat termotivasi dan bersemangat dalam pekerjaannya. Namun, jika tidak terpenuhi (beserta kebutuhan dasarnya juga), maka motivasi seseorang akan jatuh terpuruk.

Kesimpulannya, selain bekerja untuk mendapatkan uang; seseorang perlu juga meningkatkan kemampuannya, berdikari, dan memiliki interaksi sosial yang baik dalam pekerjaannya.

Itu semua dilakukan demi orang-orang yang dicintai, keluarga, dan masyarakat umum. Pekerjaannya harus menjadi sarana yang memberikan makna, interaksi sosial, dan membangkitkan jiwa kepemimpinan.

Teknik motivasi intrinsik ini distimulasi dengan menaklukkan beragam tantangan, mencoba kemungkinan-kemungkinan yang baru, dan terus mengembangkan pikiran serta pergaulan.

Kompetensi dan otonomi dalam bekerja mesti diakui dengan penghargaan yang positif. Wewenang yang terkontrol dan kenaikan jenjang karir harus selalu disediakan. Penilaian kinerja yang terbaik adalah yang berdasarkan tingkat produktivitas pekerja.

Atasan yang kurang peduli kepada anak buahnya akan menurunkan tingkat motivasi intrinsik dalam pemenuhan kebutuhan sosial para karyawannya untuk merasa terhubung. Maka dari itu, adalah penting untuk memperhatikan kebutuhan seseorang dalam bersosialisasi dan menjadi berarti.

Sedangkan kebutuhan otonomi dapat dipenuhi dengan memberikan beragam alternatif pilihan untuk menginternalisasikan tujuan dan aturan atau nilai-nilai budaya yang ada.

Internalisasi ini dicapai dengan mengintegrasikan sasaran atau target yang telah ditetapkan ke dalam kualitas diri seseorang dan keahlian yang dimilikinya.

Otonomi juga diraih dengan kebebasan untuk berinisiatif dan menjadi proaktif dalam beraktivitas. Kreativitas untuk berinovasi tidak terlalu ketat dibatasi. Peraturan dan prosedur kerja ditransformasikan sebagai sarana dan perangkat penting yang memfasilitasi pemenuhan kebutuhan lainnya seperti kompetensi.

Lalu, kebutuhan kompetensi ini juga harus ditunjang penciptaan berbagai kesempatan untuk meningkatkan kemampuan. Pengembangan keahlian ini dilakukan untuk menjadi yang terbaik bagi diri sendiri. Menjadi diri yang lebih baik dari yang kemarin dan di masa lalu.

Pengakuan yang positif dari atasan dan penghargaan oleh manajemen akan sebuah kompetensi, bisa meningkatkan motivasi intrinsik seorang karyawan. Sedangkan kritik yang merendahkan hanya akan menjatuhkan semangat kerja atau tingkat motivasi karyawan tersebut.

Tapi perlu diingat, popularitas dan kekayaan seperti uang memang bisa memotivasi namun penggunaannya sebagai pendorong produktivitas perlu diperhitungkan secara hati-hati.

Kadangkala, uang bisa menjadi kontradiksi terhadap motivasi intrinsik seseorang. Orang yang terlalu berkonsentrasi pada uang menjadi kurang fokus pada pengembangan dirinya, yang pada akhirnya menurunkan kinerja dan tingkat produktivitasnya.

Kesimpulannya, kesuksesan dalam memotivasi diri dan orang lain secara permanen bergantung pada pemenuhan ketiga kebutuhan dalam Teori Determinasi Diri ini. Kompetensi, otonomi, dan hubungan sosial perlu diperhatikan agar berhasil dalam membawa perubahan serta perbaikan kualitas perilaku.

Pengembangan diri ini akan memberikan tujuan hidup yang bermakna bagi seseorang, sehingga dalam jangka panjang; dia akan selalu bersemangat dan termotivasi tinggi dalam pekerjaannya. Transendensi dari aktualisasi potensi yang dimiliki adalah arti kehidupan sejati di dunia ini.

Baca juga:
Teori Motivasi dari Hati
Teori Motivasi: Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow
Motivasi dari Hati (Tanpa Teriak2)
Tehnik Motivasi Intrinsik: Teori Drive, Daniel Pink dan Edward Deci